Kenalan

1990-an, jaman edan untuk sepak bola. Jaman di mana serapah-serapah teruntuk apa yang salah dengan sepak bola modern bermula. Di Inggris, Premiership dirintis oleh orang-orang yang mempermasalahkan jatah uang dari televisi. 25 tahun kemudian menjadi ekspor budaya yang tak terkendali.

Lucunya, mereka berharap dapat memutar kembali waktu. Satu sisi, berharap Premiership tak pernah ada. Di samping, mengenang masa-masa ketika setiap Sabtu pagi tenang di depan televisi menunggu Gazzetta Football Italia. Serie A adalah candu untuk milenial sebagaimana Premier League bagi generasi Z.

Hukum ini selanjutnya enggan mengenal batas. Tayangan Serie A di Indonesia merupakan penyegaran di antara serial-serial Barat kadaluarsa dan berita-berita yang lulus sensor besar-besaran dari penguasa. Dalam keterbukaan semu Orde Baru, sepak bola Italia memberikan kesempatan orang biasa Indonesia bersentuhan langsung dengan peradaban luar yang aktual.

Sebagai akibat, jika Sentot lupa di mana pakaian olahraganya tersimpan pada Rabu pagi, ia datang ke sekolah mengenakan kaus Parma dengan nama Crespo di belakang. Sugik dibalut warna biru Lazio bertuliskan Veron, dan seterusnya. Kala bola digulirkan, mistar imajinasi sudah ditetapkan, semua sepakat, ketika bola terkena tangan maka teriaklah Hen! Lalu terkadang tanpa sebab yang jelas bola akan ditaruh di sudut lapangan setelah semua berteriak Kornel!

 

***